Powered By Blogger

Senin, 14 Februari 2011

Islam Says No To "Valentine's Day"

Banyak kalangan pasti sudah
mengenal hari valentine (bahasa
Inggris: Valentine’ s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu
perwujudan cinta kasih
seseorang. Perwujudan yang
bukan hanya untuk sepasang
muda-mudi yang sedang jatuh
cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas
lagi. Di antaranya kasih sayang
antara sesama, pasangan suami-
istri, orang tua-anak, kakak-adik
dan lainnya. Sehingga valentine’ s day biasa disebut pula dengan
hari kasih sayang.

Cikal Bakal Hari Valentine
Sebenarnya ada banyak versi
yang tersebar berkenaan dengan
asal-usul Valentine’ s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan
orang mengetahui tentang
peristiwa sejarah yang dimulai
ketika dahulu kala bangsa Romawi
memperingati suatu hari besar
setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan
Lupercalia adalah rangkaian
upacara pensucian di masa
Romawi Kuno (13-18 Februari).
Dua hari pertama,
dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno
Februata. Pada hari ini, para
pemuda mengundi nama– nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap
pemuda mengambil nama secara
acak dan gadis yang namanya
keluar harus menjadi
pasangannya selama setahun
untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15
Februari, mereka meminta
perlindungan dewa Lupercalia dari
gangguan srigala. Selama upacara
ini, kaum muda melecut orang
dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena
anggapan lecutan itu akan
membuat mereka menjadi lebih
subur.
Ketika agama Kristen Katolik
menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh
agama katolik Roma mengadopsi
upacara ini dan mewarnainya
dengan nuansa Kristiani, antara
lain mengganti nama-nama gadis
dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya
adalah Kaisar Konstantine dan
Paus Gregory I (The Encyclopedia
Britannica, sub judul: Christianity).
Agar lebih mendekatkan lagi pada
ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara
Romawi Kuno ini menjadi Hari
Perayaan Gereja dengan nama
Saint Valentine’ s Day untuk menghormati St. Valentine yang
kebetulan mati pada 14 Februari
(The World Book Encyclopedia
1998).

Kaitan Hari Kasih Sayang dengan
Valentine
The Catholic Encyclopedia Vol. XV
sub judul St. Valentine menuliskan
ada 3 nama Valentine yang mati
pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai
yang mati pada masa Romawi.
Namun demikian tidak pernah ada
penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan
kisahnya yang tidak pernah
diketahui ujung-pangkalnya
karena tiap sumber mengisahkan
cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan
menangkap dan memenjarakan
St. Valentine karena menyatakan
Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan
menolak menyembah tuhan-tuhan
orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine
lalu menulis surat dan
menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa
Kaisar Claudius II menganggap
tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan
peperangan daripada orang yang
menikah. Kaisar lalu melarang
para pemuda untuk menikah,
namun St.Valentine melanggarnya
dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun
ditangkap dan dihukum gantung
pada 14 Februari 269 M (The
World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa
sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai
martir (mati sebagai pahlawan
karena memperjuangkan
kepercayaan), ia menulis sebuah
pernyataan cinta kecil yang
diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http:// id.wikipedia.org/ dan lain-lain) Dari penjelasan di atas dapat kita
tarik kesimpulan:Valentine’ s Day berasal dari upacara keagamaan
Romawi Kuno yang penuh dengan
paganisme dan kesyirikan.Upacara
Romawi Kuno di atas akhirnya
dirubah menjadi hari perayaan
gereja dengan nama Saint Valentine’ s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine
menjadi ritual agama Nashrani
yang dirubah peringatannya
menjadi tanggal 14 Februari,
bertepatan dengan matinya St.
Valentine.Hari valentine juga adalah hari penghormatan
kepada tokoh nashrani yang
dianggap sebagai pejuang dan
pembela cinta.Pada
perkembangannya di zaman
modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan
dihiasi nama “hari kasih sayang”. Sungguh ironis memang kondisi
umat Islam saat ini. Sebagian
orang mungkin sudah mengetahui
kenyataan sejarah di atas.
Seolah-olah mereka menutup
mata dan menyatakan boleh- boleh saja merayakan hari
valentine yang cikal bakal
sebenarnya adalah ritual
paganisme. Sudah sepatutnya
kaum muslimin berpikir, tidak
sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas
nyata bahwa ritual valentine
adalah ritual non muslim bahkan
bermula dari ritual paganisme.
Selanjutnya kita akan melihat
berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.

Kerusakan Pertama: Merayakan
Valentine Berarti Meniru-niru
Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita
meniru-niru orang kafir (baca:
tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat,
juga dapat ditemukan dalam
beberapa sabda Rasulullah
shallallahu ‘ alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan
kesepakatan para ulama (baca:
ijma’) . Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam
kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’ liq: Dr. Nashir bin ‘ Abdil Karim Al ‘ Aql, terbitan Wizarotusy Syu’ un Al Islamiyah). Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam memerintahkan agar kita
menyelisihi orang Yahudi dan
Nashrani. Beliau shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda, َّﻥِﺇ َﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ ﻯَﺭﺎَﺼَّﻨﻟﺍَﻭ َﻻ َﻥﻮُﻐُﺒْﺼَﻳ ، ْﻢُﻫﻮُﻔِﻟﺎَﺨَﻓ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah
uban, maka selisihlah
mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini
menunjukkan kepada kita agar
menyelisihi orang Yahudi dan
Nashrani secara umum dan di
antara bentuk menyelisihi mereka
adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’ , 1/185) Dalam hadits lain, Rasulullah
menjelaskan secara umum supaya
kita tidak meniru-niru orang
kafir. Beliau shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda, ْﻦَﻣ َﻪَّﺒَﺸَﺗ ٍﻡْﻮَﻘِﺑ َﻮُﻬَﻓ ْﻢُﻬْﻨِﻣ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk
bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam
dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits
ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini
shohih sebagaiman dalam Irwa’ ul Gholil no. 1269). Telah jelas di
muka bahwa hari Valentine adalah
perayaan paganisme, lalu diadopsi
menjadi ritual agama Nashrani.
Merayakannya berarti telah
meniru-niru mereka.

Kerusakan Kedua: Menghadiri
Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri
Orang Beriman
Allah Ta’ ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang
beriman. Mereka adalah orang-
orang yang tidak menghadiri
ritual atau perayaan orang-
orang musyrik dan ini berarti
tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam
valentine. Semoga ayat berikut
bisa menjadi renungan bagi kita
semua.
Allah Ta’ ala berfirman, َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ﺎَﻟ َﻥﻭُﺪَﻬْﺸَﻳ َﺭﻭُّﺰﻟﺍ ﺍَﺫِﺇَﻭ ﺍﻭُّﺮَﻣ ِﻮْﻐَّﻠﻟﺎِﺑ ﺍﻭُّﺮَﻣ ﺎًﻣﺍَﺮِﻛ
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan
apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72) Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masir
mengatakan bahwa ada 8
pendapat mengenai makna
kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling
bertentangan karena pendapat-
pendapat tersebut hanya
menyampaikan macam-macam
perbuatan zur. Di antara
pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang
musyrik. Inilah yang dikatakan
oleh Ar Robi’ bin Anas. Jadi, ayat di atas adalah pujian
untuk orang yang tidak
menghadiri perayaan orang
musyrik. Jika tidak menghadiri
perayaan tersebut adalah suatu
hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut
adalah perbuatan yang sangat
tercela dan termasuk ‘ aib (Lihat Iqtidho’ , 1/483). Jadi, merayakan Valentine’ s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas
hari tersebut bukanlah hari raya
umat Islam.

Kerusakan Ketiga: Mengagungkan
Sang Pejuang Cinta Akan
Berkumpul Bersamanya di Hari
Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan
Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut
ini.
Dari Anas bin Malik, beliau
mengatakan bahwa seseorang
bertanya pada Nabi shallallahu
‘ alaihi wa sallam, ﻰَّﺘَﻣ ُﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ ﺎَﻳ َﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘ alaihi wa sallam berkata, ﺎَﻣ َﺕْﺩَﺪْﻋَﺃ ﺎَﻬَﻟ
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk
menghadapinya?” Orang tersebut menjawab, ﺎَﻣ ُﺕْﺩَﺪْﻋَﺃ ﺎَﻬَﻟ ْﻦِﻣ ِﺮﻴِﺜَﻛ ٍﺓَﻼَﺻ َﻻَﻭ ٍﻡْﻮَﺻ َﻻَﻭ ٍﺔَﻗَﺪَﺻ ، ﻰِّﻨِﻜَﻟَﻭ ُّﺐِﺣُﺃ َﻪَّﻠﻟﺍ
ُﻪَﻟﻮُﺳَﺭَﻭ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut
dengan banyak shalat, banyak
puasa dan banyak sedekah.
Tetapi yang aku persiapkan
adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.” Beliau shallallahu ‘ alaihi wa sallam berkata, َﺖْﻧَﺃ َﻊَﻣ ْﻦَﻣ َﺖْﺒَﺒْﺣَﺃ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang
engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih
Bukhari, Anas mengatakan, ﺎَﻤَﻓ ﺎَﻨْﺣِﺮَﻓ ٍﺀْﻰَﺸِﺑ ﺎَﻨَﺣَﺮَﻓ ِﻝْﻮَﻘِﺑ ِّﻰِﺒَّﻨﻟﺍ – ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ – » َﺖْﻧَﺃ َﻊَﻣ ْﻦَﻣ َﺖْﺒَﺒْﺣَﺃ « . َﻝﺎَﻗ ٌﺲَﻧَﺃ ﺎَﻧَﺄَﻓ ُّﺐِﺣُﺃ َّﻰِﺒَّﻨﻟﺍ – ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ – ﺎَﺑَﺃَﻭ ٍﺮْﻜَﺑ َﺮَﻤُﻋَﻭ ، ﻮُﺟْﺭَﺃَﻭ ْﻥَﺃ َﻥﻮُﻛَﺃ ْﻢُﻬَﻌَﻣ ﻰِّﺒُﺤِﺑ ْﻢُﻫﺎَّﻳِﺇ ، ْﻥِﺇَﻭ ْﻢَﻟ ْﻞَﻤْﻋَﺃ ِﻞْﺜِﻤِﺑ ْﻢِﻬِﻟﺎَﻤْﻋَﺃ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa
gembira kami ketika mendengar
sabda Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam: Anta ma’ a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan
orang yang engkau cintai).” Anas pun mengatakan, ﺎَﻧَﺄَﻓ ُّﺐِﺣُﺃ َّﻰِﺒَّﻨﻟﺍ – ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ – ﺎَﺑَﺃَﻭ ٍﺮْﻜَﺑ َﺮَﻤُﻋَﻭ ، ﻮُﺟْﺭَﺃَﻭ ْﻥَﺃ َﻥﻮُﻛَﺃ ْﻢُﻬَﻌَﻣ ﻰِّﺒُﺤِﺑ ْﻢُﻫﺎَّﻳِﺇ ، ْﻥِﺇَﻭ ْﻢَﻟ ْﻞَﻤْﻋَﺃ ِﻞْﺜِﻤِﺑ ْﻢِﻬِﻟﺎَﻤْﻋَﺃ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘ Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka
karena kecintaanku pada
mereka, walaupun aku tidak bisa
beramal seperti amalan mereka.” Bandingkan, bagaimana jika yang
dicintai dan diagungkan adalah
seorang tokoh Nashrani yang
dianggap sebagai pembela dan
pejuang cinta di saat raja
melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai
pahlawan dan pejuang ketika itu.
Lihatlah sabda Nabi shallallahu
‘ alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan
orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah
yang Anda pilih, dikumpulkan
bersama orang-orang sholeh
ataukah bersama tokoh Nashrani
yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan
orang-orang kafir[?] Semoga
menjadi bahan renungan bagi
Anda, wahai para pengagum
Valentine!

Kerusakan Keempat: Ucapan
Selamat Berakibat Terjerumus
Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti:
“Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan
Lupercus, tuhan orang Romawi.
(Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau
tidak, jika kita meminta orang
menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang
menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan
kesyirikan yang besar,
menyamakan makhluk dengan
Sang Khalik, menghidupkan
budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-
jelas adalah perayaan nashrani,
bahkan semula adalah ritual
paganisme. Oleh karena itu,
mengucapkan selamat hari kasih
sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir
lainnya adalah sesuatu yang
diharamkan berdasarkan
kesepakatan para ulama (baca:
ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan
oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah
dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz
Dzimmah (1/441, Asy Syamilah).
Beliau rahimahullah mengatakan,
“Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ ar-syi’ ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang
kafir (seperti mengucapkan
selamat natal atau selamat hari
valentine, pen) adalah sesuatu
yang diharamkan berdasarkan
ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah
memberi ucapan selamat pada
hari raya dan puasa mereka
seperti mengatakan, ‘ Semoga hari ini adalah hari yang berkah
bagimu’ , atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka
dan semacamnya. Kalau memang
orang yang mengucapkan hal ini
bisa selamat dari kekafiran,
namun dia tidak akan lolos dari
perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada
mereka sama saja dengan kita
mengucapkan selamat atas sujud
yang mereka lakukan pada salib,
bahkan perbuatan seperti ini
lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih
dibenci oleh Allah dibanding
seseorang memberi ucapan
selamat pada orang yang minum
minuman keras, membunuh jiwa,
berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”

Kerusakan Kelima: Hari Kasih
Sayang Menjadi Hari Semangat
Berzina
Perayaan Valentine’ s Day di masa sekarang ini mengalami
pergeseran. Kalau di masa
Romawi, sangat terkait erat
dengan dunia para dewa dan
mitologi sesat, kemudian di masa
Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama,
maka di masa sekarang ini identik
dengan pergaulan bebas muda-
mudi. Mulai dari yang paling
sederhana seperti pesta, kencan,
bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara
legal. Semua dengan
mengatasnamakan semangat
cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine
itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan
larangan-larangan agama seperti
berpacaran, bergandeng tangan,
berpelukan, berciuman, bahkan
hubungan seksual di luar nikah di
kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua
itu adalah ungkapan rasa kasih
sayang. Na’ udzu billah min dzalik. Padahal mendekati zina saja
haram, apalagi melakukannya.
Allah Ta’ ala berfirman, ﺎَﻟَﻭ ﺍﻮُﺑَﺮْﻘَﺗ ﺎَﻧِّﺰﻟﺍ ُﻪَّﻧِﺇ َﻥﺎَﻛ ًﺔَﺸِﺣﺎَﻓ َﺀﺎَﺳَﻭ ﺎًﻠﻴِﺒَﺳ
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang
buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32) Dalam Tafsir Jalalain dikatakan
bahwa larangan dalam ayat ini
lebih keras daripada perkataan
‘ Janganlah melakukannya’ . Artinya bahwa jika kita
mendekati zina saja tidak boleh,
apalagi sampai melakukan zina,
jelas-jelas lebih terlarang.

Kerusakan Keenam: Meniru
Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah
berbagai ragam coklat, bunga,
hadiah, kado dan souvenir laku
keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu.
Padahal sebenarnya harta
tersebut masih bisa dibelanjakan
untuk keperluan lain yang lebih
bermanfaat atau malah bisa
disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah
pahala. Namun, hawa nafsu
berkehendak lain. Perbuatan
setan lebih senang untuk diikuti
daripada hal lainnya. Itulah
pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-
milyar rupiah dihabiskan ketika
itu oleh seluruh penduduk
Indonesia, hanya demi merayakan
hari Valentine. Tidakkah mereka
memperhatikan firman Allah, ﻻَﻭ ْﺭِّﺬَﺒُﺗ ﺍًﺮﻳِﺬْﺒَﺗ َّﻥِﺇ َﻦﻳِﺭِّﺬَﺒُﻤْﻟﺍ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ َﻥﺍَﻮْﺧِﺇ ِﻦﻴِﻃﺎَﻴَّﺸﻟﺍ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan
dalam hal ini. Ibnu Mas’ ud dan Ibnu ‘ Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan
yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’ an Al ‘ Azhim) Selengkapnya baca di sini: http:// rumaysho.com/belajar-islam/
muslimah/2863-6-kerusakan-hari-
valentine.html

Tidak ada komentar: